Dyahni Mastutisari

Lulusan FKIP UNS Solo Jurusan Pendidikan Matematika. Sekarang bertugas di MTs Muhammadiyah Patikraja Kabupaten Banyumas...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bukan Sekadar Kunci

"Bu, nilai matematikanya bagaimana?" tanya Dela siswa kelas delapan.

"Tertinggi siapa, Bu?" tanya Dehan antusias.

"Iya, Bu. Gimana nilai matematikanya?" tanya Elika penuh harap.

"Besok, ya." Jawab saya tadi pagi ketika bertugas menjadi pengawas di ruang satu. Ruang tempat Dela, Dehan, Elika dan 28 orang lainnya melaksanakan ujian PAS ( Penilaian Akhir Semester) Ganjil.

Tiga hari sudah PAS berlangsung. Matematika terjadwal kemarin hari Selasa. Keesokan harinya siswa begitu semangat menanyakan hasil nilainya. Itu artinya mereka benar-benar serius mengerjakan soal matematika kemarin. Terlepas dari beberapa siswa yang mungkin mengerjakan seenaknya sendiri.

Tak ingin membuat mereka kecewa. Setelah selesai menunaikan tugas sebagai pengawas. Segera kunci jawaban yang sudah selesai dibuat kemarin, saya lubangi menggunakan obat nyamuk. Penilaian berbasis kertas masih kami terapkan. Membuat kunci jawaban wajib dibuat oleh guru. Meskipun ada juga kunci jawaban yang telah disediakan KKM (Kelompok Kerja Madrasah) selaku koordinator pembuatan soal sekaligus yang bertanggung jawab mencetak soal.

Dari pengalaman yang sudah-sudah. Kunci jawaban yang tersedia biasanya tetap ada beberapa nomer yang tidak pas dengan soalnya. Disinilah ketelitian seorang guru dibutuhkan. Mengandalkan kunci jawaban dari panitia tanpa ikut mengoreksi jawaban sendiri bukanlah tindakan yang benar. Karena yang dirugikan adalah siswa. So telitilah sebelum mengoreksi.

Kembali berbicara tentang mengoreksi. Mengoreksi lembar demi lembar hasil pekerjaan siswa. Tersenyum manakala mendapati siswa bisa menjawab dengan perolehan skor maksimal. Dan mengelus dada ketika mendapatkan siswa yang hanya bisa menjawab benar 10 soal dari 40 soal yang ada. OMG kata anak zaman now.

Saat mengoreksi adalah saat yang menegangkan bagi guru. Sebentar bernapas lega. Sebentar kemudian geleng-geleng kepala. Sungguh lembaran-lembaran jawaban siswa telah berhasil mengaduk-aduk hati dan perasaan seorang guru. Tak hanya ketika membaca novel saja ternyata..he..he..

Selamat untuk Mar'atun Solikhah siswa kelas 9B yang berhasil meraih nilai tertinggi diantara siswa kelas 9 lainnya. 97,5 adalah nilai yang sempurna. Semoga nanti pada saat UN engkau juga bisa meraihnya. Bahkan semoga bisa mendapatkan nilai 100. Aamiin yaa robbal'alamin

Selamat juga untuk Elika Wahmi peraih nilai tertinggi untuk kelas 8. Nilai 90 menjadi nilai yang membuat Bu guru semakin yakin bahwa engkau bisa menjadi penerus estafet jagonya matematika di MTs Muhammadiyah Patikraja.

Patikraja, 5 Desember 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi ikutan deg-degan ini...hehehe. Begitulah..., Bunda. Alhamdulillah, jika rasa seperti itu menyerbu kita. Itu pertanda bahwa ada ikatan yang kuat antara kita dan siswa. Selamat ya...untuk Mar'atun Solikhah dan Elika Wahmi. Semoga menjdi generasi qurrota a'yun. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

05 Dec
Balas

Aamin..amiin yaa robbal'alamin terima kasih Bunda

09 Dec

Wow, teraduk rasa saat mengoreksi yah Mama Hasna. SEKEDAR ATAU SEKADAR. Sukses selalu dan barakallahu fiiik

05 Dec
Balas

Jazakillah khoir Bunda....sudah direvisi..barakallah

09 Dec



search

New Post